Total Tayangan Halaman

Saran Perbaikan :


ShoutMix chat widget

Jumat, 29 Oktober 2010

Hubungan Pengetahuan Suami Tentang Alat Kontrasepsi Pria Dengan Motivasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria. Oleh : Dian Renata Eriskasanti, 2006

Fakta mengatakan bahwa di Indonesia akseptor KB pria lebih rendah daripada akseptor KB wanita, walaupun kedudukannya sama dalam menentukan pemakaian kontrasepsi. Disisi lain pengetahuan pria terhadap kontrasepsi pria makin berkembang. Dari dua faktor tersebut  yang menarik untuk diteliti adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria dengan motivasi penggunaan kontrasepsi pria. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional, menggunakan alat ukur kuesioner, terdapat 38 kepala keluarga yang dipilih secara simpel random sampling. Variabel independent  dalam penelitian ini adalah pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria, sedangkan variabel dependent  adalah motivasi penggunan kontrasepsi pria.  Dalam penelitian ini menggunakan analisis uji Chi-Square dengan  program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution ) for windows  versi 12.0 dengan derajat kepercayaan 95 % dan  alfa = 0,05. dengan hasil akhir ternyata tidak ada  hubungan antara pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria dengan motivasi penggunaan kontrasepsi pria yang ditunjukkan dengan P=0,102 yang berarti  Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang terhadap penggunaan kontrasepsi Pria baik secara parsial maupun simultan, agar bisa mencerminkan keadaan sesungguhnya  mengenai  fenomena kontrasepsi Pria dimasyarakat sehingga kebijakan yang diambil mampu untuk meningkatkan jumlah  aseptor KB Pria.di Indonesia.



[ ... ]

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam Perawatan Penderita Tuberculosis Paru Di Puskesmas Tulungagung. Oleh : Dewi Wulandari, 2006


 Penyakit TB Paru yang disebabkan oleh kuman Micobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Penyakit yang disebabkan oleh kuman tersebut sampai saat ini dikenal sebagai penyakit yang sangat menular. Dengan jangka pengobatan yang relatif lama, banyak penderita yang mengalami putus berobat dan hal itu diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran keluarga untuk merawat penderita TB Paru. Kurangnya pengetahuan keluarga dapat mempengaruhi sikap mereka, dan sikap memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku keluarga untuk memberikan perawatan terhadap penderita TB Paru. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam perawatan penderita Tuberculosis Paru di Puskesmas Tulungagung. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subyek penelitian ini adalah semua keluarga yang salah satu anggotanya menderita Tuberculosis Paru positif di wilayah Puskesmas Tulungagung yang berjumlah 41 keluarga. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar kuesioner untuk data tingkat pengetahuan dan lembar kuesioner terstruktur dengan instrument berupa check list untuk data perilaku. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam perawatan penderita TB Paru digunakan uji korelasi tata jenjang spearman rho (p≤0,05). Sesuai dengan hasil uji statistik, didapatkan hasil p = 0.009 < a (0.05) dan rho = 0.489. Sehingga bisa disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam perawatan penderita TB Paru di Puskesmas Tulungagung.

[ ... ]

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kesiapan Ibu Dalam Menghadapi Menopause Di Dusun Mayangan – Desa Srikaton, Ngantru – Tulungagung. Oleh : Dedy Wahyudi, 2003

       Menopause bukan suatu masalah baru dalam hidup seorang wanita. Telah dilakukan berbagai penelitian dibeberapa kota di Indonesia dan ternyata banyak keluhan fisik dan psikologis yang dirasakan oleh wanita. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Korelasi dengan jumlah responden 77 orang dan menggunakan Total Sampling. Tehnik pengolahan data menggunakan prosentase kemudian dikategorikan dan diproses komputer dengan program SPSS versi 14.0. Hasil penelitian: tingkat pengetahuan baik dan siap sebesar 41,55% (32 orang), tingkat pengetahuan baik dan kurang siap sebesar 10,38% (8 orang) sedangkan tingkat pengetahuan baik dan tidak siap sebesar 1,29% (1 orang). Untuk tingkat pengetahuan cukup dan siap sebesar 31,16% (24 orang), tingkat pengetahuan cukup dan kurang siap sebesar 2,59% (2 orang) sedangkan tingkat pengetahuan cukup dan tidak siap tidak ditemukan. Sementara tingkat pengetahuan tidak baik dan siap sebesar 1,29% (1 orang), tingkat pengetahuan tidak baik dan kurang siap tidak ditemukan, sedangkan tingkat pengetahuan tidak baik dan tidak siap juga tidak ditemukan. Setelah data terkumpul, dilakukan analisa data dengan uji Yet-Correction, didapatkan bacaan bahwa X2hitung (0.316) < X2tabel (9.49) ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau dengan kata lain tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopause. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan khususnya bidang kesehatan reproduksi dalam bentuk pengembangan Program Posyandu Lansia. Sehingga semua wanita dapat menjalani menopause dengan kebahagiaan dalam hidupnya.

[ ... ]

Kamis, 28 Oktober 2010

Hubungan antara Status Gizi (Berdasarkan Indeks Berat Badan / Tinggi Badan) dengan Usia Menarche di MIN Malang I. Oleh Buchori, 2006

 Dari masa ke masa terdapat perubahan pola pertumbuhan dan perkembagan anak sampai tercapainya usia dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terjadi pada masa remaja. Masa remaja  ditandai oleh adanya kematangan fungsi seksual (Pubertas) dan tercapainya bentuk tubuh dewasa akibat pengaruh pematangan fungsi endokrin. Pubertas biasanya muncul pada umur 12-16 tahun pada seorang gadis ditandai oleh adanya menstruasi yang pertama (menarche). Ada beberapa factor yang mempengaruhi usia menarche seperti : keadaan gizi, genetic, status kesehatan, psikologi, rangsangan audio visual, obat-obatan, kelainan fisik organ reproduksi dan sosial ekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara status nutrition berdasarkan BB/TB dengan usia menarche.  Penelitian ini merupakan deskriptif korelatif. Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan Cross sectional. Tehnik pengambilan sample dengan Purposive Sampling, sampel berjumlah 25 orang siswi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang I. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penyebaran quesioner kepada siswi dan orang tuanya pada bulan Desember 2005. Hasil  penelitian diketahui  1 orang (4%) dengan status gizi baik  menarche pada usia 9 tahun, 11 orang (44%) dengan status gizi baik  menarche pada usia 10 tahun, 10 orang (40%) dengan status gizi baik menarche pada usia 11 tahun, 2 orang (8%) dengan status gizi kurang menarche pada usia 12 tahun, 1 orang (4%) dengan status gizi kurang menarche pada usia 13 tahun.  Dari uji  korelasi Spearmen’s diperoleh nilai  r (rho) -0,475 dengan taraf signifikansi 0,016 (p < 0,05), hal ini berarti ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche dimana  bahwa semakin baik  status gizinya maka semakin awal usia menarche


[ ... ]

Rabu, 27 Oktober 2010

Perbandingan Pengaruh Tipe Kepribadian A dan B Terhadap Kejadian Hipertensi Essensial Pada Pasien Hipertensi Essensial Di Poli Jantung .RSUD Prof. dr. Harjono Ponorogo. Oleh : Bieta Ruliyani, 2006

Segala corak tingkah laku individu untuk bereaksi & menyesuaikan diri thd segala rangsang yg datang dari diri sendiri / lingkungannya. Manusia dengan tipe kepribadian A sangat rentan untuk mengalami stress dan lebih mungkin mendapatkan penyakit kardiovaskuler, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Tipe Kepribadian A dan B Terhadap Kejadian Hipertensi Essensial Di RSUD Prof. dr. Harjono Ponorogo. Desain penelitian menggunakan desain Case Control. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan RSUD Prof. dr. Harjono Ponorogo. Total sampel berjumlah 57 responden yang terbagi menjadi dua yaitu 41 responden kelompok kasus dan 15 responden kelompok kontrol masuk dalam kriteria inklusi. Data dikumpulkan menggunakan quesioner dan observasi dengan uji Chi Square (X2) dengan tingkat signifikasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe kebribadian A lebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi essensial {Odds Ratio = 8,525; P-value = 0,000; α = 0,05 } dibandingkan dengan tipe kepribadian B (P-value = 0,827). Dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian A merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi essensial. Untuk studi lebih lanjut dapat mengembangkan topik atau masalah yang berkaitan dengan manajemen perilaku individu dengan Tipe kepribadian A untuk mencegah timbulnya stress yang dapat menyebabkan atau memperparah penyakit hipertensi essensial. 


[ ... ]

Efektifitas Stimulasi Refleksi (Accupressure) terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Angina Pektoris di Ruang CVCU (Intermediate Ward) RSU dr. Saiful Anwar Malang. Oleh : Bambang Sutikno


Penyakit jantung koroner adalah faktor penyebab utama kematian di dunia. Di negara Indonesia, penyakit jantung koroner adalah penyebab kesakitan dan kematian nomor satu. Angina pektoris adalah  salah satu penyakit jantung koroner. Gejala khas dari penyakit angina pektoris adalah nyeri dada sebelah kiri yang dapat  setempat atau menyebar ke leher, dagu, lengan sebelah kiri dan belangsung  kira-kira 15 menit. Stimulasi refleksi (acupressure) adalah sebuah metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada klien dengan penyakit angina pektoris. Dengan menggunakan 7 klien sebagai responden yang menderita penyakit angina pektoris di ruang CVCU (Intermediate Ward), instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat dari nyeri adalah skala Bourbonais. Desain penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dengan spesifik desain pre test and post test group design. Setelah pengumpulan dan analisis data diketahui bahwa, terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi stimulasi refleksi terhadap penurunan tingkat nyeri klien dengan kategori: nyeri menetap sebanyak 1 klien (14%), nyeri sedikit berkurang 2 klien (28%) and 4 klien (57%) nyeri sangat berkurang. Analisis t- test dengan menggunakan  confidence interval 99%, signification (2 tail) 1%. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa, stimulasi refleksi dengan menggunakan metode acupressure  adalah efektif dalam mengurangi nyeri pada klien dengan diagnosa angina pektoris (p = 0,002). Diperlukan penelitian serupa dengan memperbanyak jumlah sampel dan adanya kelompok kontrol.

[ ... ]

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Prevelansi Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Kota Malang Oleh : Anik Hertin Pratiti Andayani


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkitnya penyakit DBD sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum di seluruh Indonesia. Status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu  faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik dan biologik, faktor perilaku masyarakat meliputi pengetahuan, kesadaran dan sikap, faktor  pelayanan kesehatan  dan faktor herediter demikian juga halnya dengan penyakit  DBD ke empat faktor tersebut di atas  sangat menentukan tinngi rendahnya prevalensi DBD yang dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan faktor  lingkungan fisik , lingkungan biologik dan perbedaan faktor perilaku masyarakat  yang  mempengaruhi prevalensi DBD di kelurahan Sukun dan kelurahan Kebonsari kecamatan Sukun Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian  deskriptif analitik dengan pendekatan case control. Populasinya adalah seluruh kepala keluarga yang salah satu anggota keluarganya atau kepala keluarganya pernah menderita DBD di kelurahan Sukun pada tahun 2004 berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dengan kretiria: kepala keluarga yang salah satu anggota keluarganya atau kepala keluarganya  pernah menderita DBD tahun 2004,  berdomisili di kelurahan Sukun, bisa membaca menulis dan bersedia jadi responden, dari kriteria tersebut diperoleh sampel 25 orang dan sebagai kontrol adalah kelurahan pada kecamatan yang sama dengan prevalensi DBD rendah yaitu kelurahan Kebonsari, kriteria yang dipakai  sama namun tidak pernah menderita DBD berjumlah 25 orang sehingga total  sampel 50 orang. Dari hasil analisa didapatkan p-value = 0,000 hal ini menunjukkan  bahwa ada perbedaan yang bermakna faktor  lingkungan fisik, lingkungan biologik dan perilaku masyarakat antara kelurahan Sukun dan kelurahan Kebonsari. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah faktor  lingkungan fisik, lingkungan biologik dan perilaku masyarakat berpengaruh terhadap tingginya prevalensi  DBD di kelurahan Sukun. Berdasarkan hasil di atas maka rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan diadakan penelitian yang sama dengan mengembangkan jumlah responden yang lebih banyak, metode dan instrumen yang berbeda.
[ ... ]

Pengaruh Mobilisasi Aktif Terhadap Pencegahan Hipotensi Orthostatik Pada Penderita Diabetes Mellitus Dengan Hiperglikemi Di IRNA I Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Oleh : Akhmad Efrizal Amrullah, 2005

Studi tentang penyakit Diabetes Mellitus menunjukkan prevalensi yang cenderung meningkat. Diperkirakan pada tahun 2002 terdapat 150 juta penderita Diabetes Mellitus di dunia, tahun 2003 sebanyak 194 juta, dan pada tahun 2005 mencapai 330 juta. Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi pada semua sistem tubuh, salah satunya sistem sirkulasi yang bisa dimanifestasikan sebagai hipotensi orthostatik. Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolik endokrin disertai hiperglikemi kronis, ditandai kurang atau tidak adanya produksi insulin. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan pada sistem sirkulasi adalah hipotensi orthostatik yaitu penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (systole > 20 mmHg dan diastole > 10 mmHg). Untuk mengatasi keadaan ini, tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu mobilisasi aktif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh mobilisasi aktif terhadap pencegahan hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi. Desain penelitian ini yaitu Quasy-Eksperimental dengan teknik pre dan post test desain dan dilaksanakan di IRNA I Rumah Sakit Saiful Anwar Malang pada bulan November 2005. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 20 orang penderita Diabetes Mellitus sebagai kelompok eksperiment dan 20 orang sebagai kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan program Minitab 13 for Windows. Pada tingkat kepercayaan 95% X2 = 6,667, degree of freedom (df) = 1, didapatkan p-value = 0,010. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi aktif terhadap pencegahan hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi. Penelitian lanjutan dan berkesinambungan diperlukan untuk melakukan uji instrumen terlebih dahulu dan memperoleh teknik mobilisasi aktif yang lebih tepat untuk mencegah terjadinya hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi, karena kondisi ini masih terjadi pada sebagian responden.
[ ... ]

Pengaruh Mobilisasi Aktif Terhadap Pencegahan Hipotensi Orthostatik Pada Penderita Diabetes Mellitus Dengan Hiperglikemi Di IRNA I Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang

Studi tentang penyakit Diabetes Mellitus menunjukkan prevalensi yang cenderung meningkat. Diperkirakan pada tahun 2002 terdapat 150 juta penderita Diabetes Mellitus di dunia, tahun 2003 sebanyak 194 juta, dan pada tahun 2005 mencapai 330 juta. Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi pada semua sistem tubuh, salah satunya sistem sirkulasi yang bisa dimanifestasikan sebagai hipotensi orthostatik. Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolik endokrin disertai hiperglikemi kronis, ditandai kurang atau tidak adanya produksi insulin. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan pada sistem sirkulasi adalah hipotensi orthostatik yaitu penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (systole > 20 mmHg dan diastole > 10 mmHg). Untuk mengatasi keadaan ini, tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu mobilisasi aktif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh mobilisasi aktif terhadap pencegahan hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi. Desain penelitian ini yaitu Quasy-Eksperimental dengan teknik pre dan post test desain dan dilaksanakan di IRNA I Rumah Sakit Saiful Anwar Malang pada bulan November 2005. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 20 orang penderita Diabetes Mellitus sebagai kelompok eksperiment dan 20 orang sebagai kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan program Minitab 13 for Windows. Pada tingkat kepercayaan 95% X2 = 6,667, degree of freedom (df) = 1, didapatkan p-value = 0,010. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi aktif terhadap pencegahan hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi. Penelitian lanjutan dan berkesinambungan diperlukan untuk melakukan uji instrumen terlebih dahulu dan memperoleh teknik mobilisasi aktif yang lebih tepat untuk mencegah terjadinya hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi, karena kondisi ini masih terjadi pada sebagian responden.

Kata kunci :    Diabetes Mellitus, hiperglikemi, hipotensi orthostatik, mobilisasi aktif.
[ ... ]

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (Terapi Suara Tartil Al-Quran) Terhadap Perilaku Penderita Skizoprenia di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.

 Terapi Aktivitas Kelompok merupakan salah satu intervensi dalam keperawatan jiwa. Terapi ini melibatkan aspek bio-psiko-sosio-spiritual, pada penelitian ini ditekankan pada aspek spiritual yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris dengan menggunakan suara tartil Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Terapi Suara Tartil Al-Quran terhadap perilaku penderita skizoprenia,.  Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperimental dengan menggunakan Pre-Test and Post Test Design. Metode dalam pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling, didapatkan sampel sebanyak 10 pasien skizoprenia di Ruang Perkutut RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Berdasarkan uji statistik dengan metode Wilcoxon Signed Ranks Test dengan tingkat significansi α (0,05) sehingga didapatkan kesimpulan “Ada pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (Terapi Suara Tartil Al-Quran) terhadap perilaku verbal, non verbal dan perasaan terhadap penderita Skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang”.  Disarankan untuk penelitian lebih lanjut menggunakan kelompok kontrol untuk membandingkan keefektifan terapi suara tartil Al-Qur’an dengan suara yang lain (musik pop, instumen atau lainnya). 


[ ... ]

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan standar asuhan keperawatan di ruang penyakit dalam RSUD.A.Wahab Sjahranie samarinda


Standar asuhan keperawatan sebagai pedoman bagi perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan harapan kualitas pelayanan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat tercermin secara dinamis, kontinuitas, efektif serta manusiawi yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam pelaksanaanya, standar asuhan keperawatan tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi perawat disamping dukungan, penghargaan dari manajemen keperawatan dan  rumah sakit.
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptip analitik. Sampel yang diambil adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang penyakit dalam yang telah menyelesaikan pendidikan  D.III keperawatan, yang telah menjadi pegawai negeri dengan masa kerja lebih dari satu tahun di ruangan tersebut, dan menggunakan tekhnik pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Dari hasil penelitian di ruang penyakit dalan RSUD.A.Wahab Sjahranie Samarinda yang dilaksanakan pada bulan Desember 2002. Dari 30 responden, peneliti mendapatkan gambaran mengenai pengetahuan, sikap, dan motivasi  perawat dalam pelaksanaan standar asuhan keperawatan. Hasil distribusi frekuensi menunjukkan pengetahuan perawat terhadap Standar asuhan keperawatan adalah 40 % termasuk katagori sedang, sikap perawat 53 % menujukkan positif, dan motivasi perawat 53 % dalam katagori rendah, serta hasil pelaksanaan standar asuhan keperawatan  menunjukkan 43 % dalam katagori cukup baik
Kalau dilihat dari uji regresi linier, maka didapatkan hubungan pengetahuan terhadap pelaksanaan standar asuhan keperawatan menunjukkan angka korelasi 0,726 dengan signifikansi 0,000, sikap perawat terhadap pelaksanaan stantar asuhan keperawatan didapatkan angka kolerasi  0,607 dengan signifikansi 0,000, dan motivasi perawat terhadap pelaksanaan standar asuhan keperawatan menunjukkan angka korelasi 0,674 dengan signifikansi 0,000. Dengan demikian  dapat disimpulkan bahwa  tingkat korelasi antara pengetahuan, sikap, dan motivasi terhadap pelasanaan standar asuhan keperawatan cukup tinggi dengan demikian  Ho diterima.
Hal ini  menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup bermakna antara pengetahuan, sikap dan motivasi perawat terhadap pelaksanaan standar asuhan keperawatan. Sehingga semakin tinggi  pengetahuan, sikap yang positif, dan motivasi perawat terhadap standar asuhan keperawatan yang tinggi, maka semakin baik tingkat pelaksanaan standar asuhan keperawatan, oleh sebab itu pihak manajemen keperawatan dan direktur rumah sakit perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi perawat melalui pendidikan berkrlanjutan, diklat profesional dan mengikut sertakan perawat dalammengambil kebijakan tentang standar asuhan keperawatan agar standar asuhan keperawatan dapat memberikan jaminan mutu pelayanan di masa mendatang.
[ ... ]

Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Malnutrisi Usia 1-2 Tahun di Puskesmas Gribig Desa Madyopuro Malang.


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian makanan tambahan efektif terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita malnutrisi usia 1-2 tahun Selain itu juga membandingkan pertumbuhan dan perkembangan antara anak yang diberi makanan tambahan dengan anak yang tidak biberi makanan tambahan.
Disain penelitiaan ialah true eksperimen, metode yang digunakan adalah dengan analisa Paired T-Test untuk pertumbuhan dan Wilxocon untuk perkembangan. Sampel terdiri dari 14 anak balita usia 1-2 tahun, pengambilan sampel dengan cara simple random sampling dan dibatasi oleh kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel yang diteliti diukur sebelum dan sesudah intervensi ialah makanan tambahan yanng meliputi frekuensi dan pola, pertumbuhan salah satunya antropometri BB menurut umur sesuai standart WHO-NCHS, serta pengukuran perkembangan dengan DDST yaitu Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (Denver Developmental Screening Test/DDST) dan wawancara menggunakan kuisioner sebagai data tambahan. Kesimpulan penelitian ini adalah Pemberian Makanan Tambahan paling banyak dengan frekuensi 2 x/hari (57%) dan sisanya 3 x/hari sebesar (43%). Setelah dianalisa dengan Paired T-Test didapatkan pada kelompok perlakuan didapatkan hasil ada hubungan yang sangat signifikan antara pemberian makanan tambahan terhadap pertumbuhan dengan nilai  probability 0,016 (p<0,05) sedang pada kelompok kontrol diperoleh nilai probability sebesar  0,321 lebih besar dari nilai tingkat kesalahan a= 0,05 (p > a). Untuk uji perkembangan dengan menggunakan Wilxocon pada kelompok setelah dilakukan uji sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan diperoleh nilai probability sebesar 0.157 lebih besar  dari nilai tingkat kesalahan lebih a= 0,05 (p > a) Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai probability sebesar 0.083 lebih besar dari  a= 0,05 (p > a). Dalam waktu satu bulan susu formula sebagai makanan tambahan efektif meningkatkan pertumbuhan yang meliputi berat badan namun tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan pada balita malnutrisi usia 1-2 tahun.
Hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan masukan bagi peneliti lain untuk lebih mengembangkan penelitian yang melibatkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi dan pelaksanaan pendokumentasian proes keperawatan.

[ ... ]
 

©2009 NURSING RESEARCH | by TNB